Untuk melakukan pengolahan risiko, dapat menggunakan prinsip Pareto dari berbagai potensi risiko yang berhasil diidentifikasi.
Caranya adalah dengan membuat urusan risiko-risiko yang potensial terjadi berdasarkan prediksi kerugian yang dihasilkan, dari yang paling tinggi sampai paling rendah.
Selanjutya, lakukan prioritas dalam pengelolaan terhadap risiko yang memiliki prediksi kerugian yang paling besar terhadap bisnis kalian.
Dari setiap tipe resiko yang masuk dalam prioritas tersebut, selanjutnya dapat menggunakan 4 pilihan strategi pengelolaan risiko, berikut diantaranya.
Dikontrol (risk control)
Merupakan upaya-upaya yang dilakukan agara probabilitas terjadinya risiko yang di identifikasi menjadi berkurang. Mengontrol risiko juga dimaksudkan untuk mengurangu dampak yang mungkin terjadi.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengontrol risiko diantaranya adalah membuat dan mengimplementasikan standard operating procedure (SOP) yang baik, melakukan pengontrolan secara serius terhadap kualitas produk dan proses, melengkapi area produksi dengan alat-alat keselamatan kerja, dan termasuk mengintroduksi budaya sadar risiko kepada karyawan.
Ditransfer kepada pihak lain (risk transfer)
Merupakan upaya-upaya yang secara sadar dilakukan dengan memindahkan risiko yang kita hadapi terhadap pihak lain.
Hal ini dapat dilakukan dngan memindahkan risiko terjadinya kebakaran toko kepada perusahaan asuransi. Sedangkan untuk memindahkan risiko meningkatnya beban biaya tetap pegawai, dapat dilakukan dengan kontrak outsourcing.
Demikian juga untuk untuk memindahkan risiko tingginya modal kerja kepada konsumen dapat dilakukan dengan meminta pembayaran di awal, atau memindahkan risiko tingginya biaya persediaan ke tangan supplier.
Dibiayai sendiri (risk retention)
Meupakan upaya-upaya pendanaan dampak yang ditimbulkan oleh risiko. Dalam konteks mendanai risiko ini, terdapat dua cara, yaitu dengen menyiapkan dana cadangan (allowance) khususnya untuk mendanai risiko, atau tanpa membuat dana cadangan.
Pembuatan dana cadangan tentu akan membuat modal kerja meningkat. Sementara, jika membiayai risiko tanpa dana cadangan, akan menimbulkan risiko baru, yaitu terganggunya kegiatan bisnis yang telah di rencanakan sebelumnya. Sebagai contoh, ada risiko kebakaran dari toko yang digunakan.
Jika kebijakan pengelolaan risiko adalah dibiayai tanpa ada dana cadangan, maka bisa jadi dana yang seharusnya untuk ekspansi usaha akan terpakai untuk membiayai perbaikan toko tersebut sehingga ekspansi gagal dilakukan.
Dihindari (risk avoidance)
Merupakan tindakan secara sadar untuk menghindarii risiko yang dihadapi. Misalnya, jika selama satu minggu kedepan diprediksi hujan akan turun sangat lebat, maka jika berbisnis restoran, disarankan untuk menghindari macam-macam minuman dingin.
Hal tersebut dilakukan karena kemungkinan produk-produk tersebut tidak akan laku. Namun, perlu diingat, sebagai wirausaha, terlalu sering melakukan penghindaran risiko bisa berdampak terhadap lambatnya pengembangan usaha karena bisa jadi ada banyak kesempatan atau peluang yang terlewatkan.
Semoga Bermanfaat!