Pemerintah Orde Baru mampu mempertahankan kekuasaannya hingga lebih dari 30 tahun. Akan tetapi, gelombang krisis yang melanda Asia Tenggara juga menggoyahkan perekonomian Indonesia.
Pada saat yang bersamaan, tuntutan politik di dalam negeri mendesak untuk segera dilakukannya reformasi. Pada Mei 1998 Presiden Soekarno resmi mengundurkan diri setelah serangkaian aksi demonstrasi menuntut reformasi.
Berikut ini runtutan kejadian berakhirnya masa Orde Baru, mulai dari krisis multidimensional, gerakan mahasiswa, dan pengunduran Presiden Soeharto.
1. Krisis Multidimensional
Krisis ini dapat diartikan sebagai kondisi yang genting pada suatu negara dalam berbagai bidang, baik itu moneter, ekonomi, politik, hukum, dan kepercayaan.Krisis multidimensional pada akhir masa Orde Baru antara lain krisis moneter dan krisis ekonom yang berdampak pada turunnya nilai rupiah dan bangkrutnya perusahaan-perusahaan besar di Indonesia.
Selain itu, muncul ketegangan sosial yang mendasari sentimen terhadap etnik Tionghoa karena dianggap mendominasi perekonomian.
Adapun krisis politik dan hukum terjadi karena didominasi partai Golkar dalam pemilu, maraknya praktik KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) di dalam DPR, dan ketidakadilan dalam bidang hukum.
Kondisi tersebut berujung pada krisis kepercayaan rakyat terhadap pemerintahan Orde Baru. Rakyat menganggap pemerintahan Orde Baru tidak menjalankan demokrasi secara benar.
2. Tuntutan dan Agenda Reformasi Gerakan Mahasiswa
Krisis multidimensional mendorong rakyat untuk menyuarakan perubahan kepada pemerintah. Gerakan reformasi muncul untuk menuntut perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ke arah lebih baik.Agenda utama gerakan reformasi adalah menurunkan Presiden Soeharto dari kursi kepresidenan.
Kemudian, gerakan reformasi tahun 1998 mempunyai enam agenda yaitu:
- Suksesi kepemimpinan nasional
- Amandemen UUD 1945
- Pemberantasan KKN
- Penghapusan dwifungsi ABRI
- Penegakkan supremasi hukum
- Pelaksanaan otonomi daerah
3. Pengunduran Diri Presiden Soeharto
Dalam pemilu 1997 Golkar kembali meraih suara terbanyak dan Soeharto kembali terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia.Kondisi tersebut memicu aksi demonstrasi yang diikuti oleh elemen mahasiswa, dosen, dan sebagian besar rakyat Indonesia.
Pada bulan Mei Jakarta dilanda sejumlah kerusuhan besar. Pada tanggal 12 Mei 1998 terjadi penembakan terhadap para demonstran yang mengakibatkan empat mahasiswa Trisakti terbunuh.
Aksi demonstrasi menggoyahkan pemerintahan Presiden Soeharto. Pada tanggal 16 Mei 1998 enam belas menteri dalam Kabinet Pembangunan VII yang dipelopori Ginanjar Kartasasmita mengundurkan diri.
Selain itu, beberapa tokoh seperti Wiranto, Nurcholis Madjid, dan Abdurrahman Wahid mendesak Soeharto agar meletakkan jabatan presiden.
Pada hari Kamis tanggal 21 Mei 1998 seluruh insan pertelevisian dipanggil ke Istana Negara untuk mengabadikan momen pengunduran diri Presiden Soeharto.
Presiden Soeharto mengumumkan bahwa sesuai pasal 8 UUD 1945, Wakil Presiden B.J. Habibie akan melanjutkan sisa masa jabatan presiden.
Peristiwa pada tanggal 21 Mei 1998 menjadi akhir dari era Orde Baru sekaligus menandai awal periode reformasi di Indonesia.